Kekereb

Help US With Share

Kekereb merupakan suatu karya sastra yang dituliskan dalam selembar kain. Kekereb berisikan gabungan aksara rajahan dan gambar yang disesuaikan dengan penggunaan kekereb tersebut. Kekereb biasanya digunakan untuk Ida Sesuhunan, sedangkan untuk manusia disebut dengan nama rurub atau rangkeb. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan spiritual sehingga disakralkan.

Kekereb digunakan untuk pelawatan-pelawatan atau pralingga Ida Sesuhunan di suatu pura seperti pratima, barong, atau rangda yang merupakan Sesuhunan di suatu pura.

Fungsi kekereb di sini tidak hanya untuk menutupi bagian topeng atau tapel Ida Sesuhunan, namun juga berfungsi untuk menguatkan taksu dari pralingga tersebut agar Roh Suci tetap meneng atau jenek, dapat dikatakan tidak keluar atau lepas dari pralingga-nya.

Tidak ada persyaratan khusus untuk bahan pembuatan kekereb, namun biasanya yang digunakan adalah kain yang banyak terdapat di pasaran.

Pembuatnya perlu memperhatikan pemilihan bahan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, namun sebagian besar para pembuatnya memilih untuk menggunakan kain berwarna putih atau terang.

Penyusunan aksara dalam rajahan kekereb sangat kompleks, aksara ini disusun berdasarkan suatu cerita atau purana yang disesuaikan dengan pralingga Ida Sesuhunan.

Aksara yang digunakan disebut dengan nama aksara Modre. Aksara Modre ini merupakan penggabungan beberapa aksara seperti Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang dan sebagainya.

Aksara yang sudah digabung ini diberikan pepayasan seperti suku kembung, nania, pepet, dan lainnya sehingga hidup atau memiliki suatu arti. Kompleksnya penyusunan aksara ini membuat penyusunannya memerlukan orang yang benar-benar ahli dan kompeten.

Selain harus ahli dalam aksara, baik untuk pemahaman maupun penulisan, pembuat harus memiliki kemampuan melukis atau menggambar karena kekereb merupakan karya seni yang menggabungkan aksara dan gambar.

Gambar disesuaikan dengan cerita dan aksara yang digunakan. Gambar ini merupakan kearifan lokal seni dan budaya sesuai dengan imajinasi pembuatan. Tidak ada pakem-pakem tertentu dalam pembuatan gambar, semuanya murni dari imajinasi masing-masing pembuat.

Untuk memulai proses pembuatan kekereb, sebelumnya harus memilih hari baik atau duwasa seperti purnama, tilem, atau kajeng kliwon. Sarana yang digunakan pejati atau sesantun gede, di mana dalam satu wadah terdapat empat daksina dan taksu.

Pembuat kemudian akan memohon izin dan petunjuk kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam wujud Ida Sang Hyang Saraswati dan Ida Bhatara Ghana. Ida Hyang Saraswati sebagai pemilik aksara-aksara, dan Ida Bhatara Ghana sebagai pemilik alat tulis dalam pembuatan kekereb.

Proses awal ini sangatlah penting, karena dalam proses ini pembuat memohon agar tidak terjadi kesalahan dalam menulis aksara. Jika salah, maka kekereb tersebut tidak akan memiliki taksu atau energi. Pembuatan kekereb ini memerlukan waktu 2—6 bulan, disesuaikan dengan kondisi pembuatan.

Saat proses pembuatan kekereb telah selesai, maka akan dilakukan proses pasupati. Proses pasupati ini bertujuan untuk menghidupkan kekereb agar memiliki energi taksu. Seperti halnya dalam proses memulai pembuatan, proses pasupati juga perlu memilih hari baik.

Sarana yang digunakan adalah banten pengrampet pasupati dan sarana pelengkap lainnya. Proses pasupati biasanya dilakukan di Pura Mrajapati, karena diyakini di pura ini sebagai tempat penciptaan dan peleburan.

Sebagai karya seni yang disakralkan, kekereb ini tidak bisa ditaruh dan digunakan dengan sembarangan. Jika suatu saat kekereb ini rusak dimakan usia, maka akan dilakukan upacara peleburan atau pralina dan mengganti dengan kekereb yang baru.


Help US With Share