Kota Terangker Di Dunia (1)
Saat kita mendengar kata “terangker”, tentu kita langsung tertuju pada hal-hal yang mistis atau menyeramkan. Pada umumnya mungkin kita hanya mendengar tentang satu tempat yang angker, namun berbeda jika satu kota terkenal angker.
Kota-kota ini memiliki kesan horor, karena ditinggalkan oleh penduduknya karena berbagai macam faktor seperti bencana alam, polusi, perang dan sebagainya. Walau sudah ditinggalkan, namun masih ada orang yang bernyali besar untuk mengunjunginya. Berikut kota-kota berhantu yang tersebar di beberapa negara di belahan dunia.
CRACO, ITALIA
Pada umumnya kota terangker sering memiliki kesan menyeramkan, namun berbeda dengan kota terangker satu ini yang menyuguhkan pemandangan sangat cantik. Kota tersebut terletak di daerah Basilicata dan provinsi Matera, sekitar 25 mil dari Teluk Taranto. Kota ini dipenuhi bukit yang berombak-ombak dan hamparan pertanian gandum serta pertanian lainnya.
Pada tahun 1891 ,penduduk Craco yang sata itu berjumlah kurang lebih 2000 orang, dilanda permasalahan sosial dan kemiskinan sehingga banyak dari mereka yang merasa putus asa. Pada tahun 1892 dan 1922, ada sekitar 1300 orang pindah ke Amerika Utara.
Kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi, bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan kondisi pertanian yang memburuk membuat warga berimigrasi massal. Beberapa dari mereka pindah ke suatu lembah dekat Craco Peschiera. Kini Craco masih tertinggal dalam keadaan hancur, dan yang tersisa hanya peninggalan para penduduknya terdahulu.
DHANUSHKODI, INDIA
Kota ini hampir saja dihapus keberadaannya dari peta, namun para penduduk setempat menolak untuk pergi dari kawasan tersebut. Dhanushkodi adalah sebuah kota yang terlantar di ujung tenggara Pulau Pamban di negara bagian Tamil Nadu, India. Sebelumnya, tempat ini kota perdagangan yang amat berkembang. Terdapat kantor polisi, gereja, stasiun kereta api, sekolah, dan ada sekitar 600 rumah penduduk.
Dhanushkodi ini diapit oleh dua laut, yaitu Teluk Benggala dan Samudra Hindia. Oleh karena itu, para penduduknya sangat bergantung dari hasil laut sebagai mata pencahariannya. Namun pada tahun 1964, hal yang tidak diinginkan terjadi dimana kota ini diterjang badai besar yang sekaligus mengubah nasib mereka. Akibat bencana alam ini, ada sekitar ratusan orang kehilangan nyawanya. Badai yang dahsyat itu pun mampu merendamkan rumah, jalan hingga tempat ibadah setinggi 5 meter di bawah laut.
Hal inilah yang menyebabkan kota Dhanushkodi ini tidak layak untuk ditempati, kemudian para warga pun dipindahkan ke Rameswaram. Walau sudah dipindahkan ke tempat yang lebih baik, para warganya yang kebanyakan sebagai nelayan tidak dapat lepas dari laut sehingga mereka memutuskan kembali ke asalnya. Di kota tersebut tidak ada listrik, air bersih, layanan medis dan lainnya.
GREAT BLASKET ISLAND, IRLANDIA
Great Blasket Island adalah pulau utama Blaskets yang terletak kira-kira 2 kilometer dari daratan utama di Dunmore Head dengan luas pulau sekitar 4,29 km2. Pulau ini dihuni hingga tahun 1953 saat pemerintah Irlandia memutuskan bahwa tidak dapat lagi menjamin keamanan penduduk yang tersisa, karena pulau ini tidak aman. Pulau ini benar-benar terpencil, tidak ada wifi, listrik atau air panas, dan air minum pun terbatas.
Selain itu kota ini juga sangat sulit untuk diakses apalagi jika cuaca sedang dalam kondisi buruk. Sejak itu, para penghuninya mulai migrasi keluar pulau. Hingga saat ini, pulau ini masih meninggalkan bangunan-bangunan yang masih berdiri kokoh.
KAYAKÖY, TURKI
Kota terangker di dunia selanjutnya berada di Turki, kota ini berada di lereng bukit pesisir barat daya Turki yang bernama Kayaköy. Kayaköy merupakan sebuah desa yang terdiri dari 500 rumah yang dibangun sekitar abad ke-18. Desa ini terletak sekitar 8 kilometer arah selatan kota Fethiye di Barat Daya Turki. Sebagian besar masyarakat lokal menganut Kristen Ortodoks Yunani.
Kayaköy ini pada zaman dahulu disebut Livissi, dibangun pada abad ke-18 disitus kota kuno Lebessus dan diperkirakan telah menjadi tempat bagi penduduk Pulau Bizantium Gemiler yang melarikan diri untuk menghindari perampokan bajak laut.
Sebelum Perang Dunia I, banyak penduduk Yunani yang hidup damai di seluruh Turki barat. Saat perang dimulai, orang Yunani mulai merasa berada di tanah musuh. Mereka pun dibantai habis-habisan oleh masyarakat Turki, ada juga yang melarikan diri ke Yunani dan ada juga yang dideportasi secara paksa.
Warga yang tinggal di Livissi pun diusir dan harus pindah lokasi yang jaraknya sekitar 220 kilometer dengan berjalan kaki. Jarak yang sangat jauh itu pun membuat banyak penduduk yang meninggal, karena kelaparan dan kelelahan.
Setelah Turki kalah dalam Perang Dunia I dan kekaisaran Ottoman runtuh, penduduk Yunani memutuskan untuk kembali dan mereka merampas tanah yang dulu sempat mereka tinggali. Mereka menyerang Turki dan mengakibatkan kejahatan yang mengerikan seperti pembunuhan, pemerkosaan, mutilasi, dan pembakaran kota.
Pada tahun 1923, kedua negara memiliki kesepakatan untuk penukaran populasi. Saat perang berakhir Livissi ditinggalkan, keluarga yang tersisa di deportasi. Pada tahun 1957, terjadi sebuah gempa sebesar 7,1 magnitude di Livissi. Gempa bumi ini menghancurkan sebagian besar bangunan kota, kota ini pun berganti nama menjadi Kayakoy dan dipertahankan menjadi museum dan monumen bersejarah. Pemerintah Turki berencana mengubah kota bersejarah ini menjadi kota dengan daya tarik wisata yang memilik hotel, toko, dan lainnya.
LIFTA, ISRAEL
Lifta merupakan kota kecil yang berada di pinggir kota Yerusalem, kota kecil ini pun menjadi saksi bisu dari perang Israel dan Arab. Lifta adalah kampung yang sangat subur, setidaknya terdapat kurang lebih 1.500 pohon zaitun yang tumbuh. Masyarakat di kota ini sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani.
Kota ini dihuni sekitar 3.000 penduduk, dan rumah-rumah mereka disusun dengan menggunakan batu. Mayoritas penduduk Lifta adalah muslim keturunan Arab – Palestina, namun ada juga yang beragama kristen.
Namun, pada tahun 1947 – 1948 terjadi perang sipil yang membuat warga desa mengungsi. Arab dan Yahudi memperebutkan Lifta dan menutup jalur barat untuk mengepung Yerusalem. Walau masih ada beberapa warga yang bertahan, pasukan perang pun menghancurkan banyak bangunan agar penduduk tidak kembali. Kini Lifta pun kosong, dan yang ada tersisa hanya bangunan kosong dan pepohonan.