Asal Usul Hong Sui Atau Feng Shui

Help US With Share

Feng Shui atau Hong Sui sering kita dengar yang biasanya digunakan untuk menata letak rumah, kesehatan, jodoh, hidup sehat dan lain lainnya. Bicara tentang asal usul Feng Shui / Hong Sui, haruslah membicarakan I Ching (Ya Keng) terlebih dahulu. Hong Sui merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari I Ching / Ya Keng, yaitu sebuah Kitab Kuno China yang sangat termashyur, yang berisi tentang pelajaran Hakekat Perubahan yang saat ini telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Kombinasi Pergerakan Pa Kua, Perpaduan Yin & Yang serta transformasi Wu Xing merupakan komponen inti yang dipakai dan dikembangkan sedemikian rupa untuk mendalami filsafat I Ching / Ya Keng, dan semua komponen tersebut juga menjadi bagian mendasar perhitungan Hong Sui.

Kitab Perubahan I Ching/Ya Keng merupakan salah satu kitab kuno China yang mengungkapkan tentang prinsip kebenaran tentang perubahan yang mencakup aspek perubahan alam dengan segala isinya, termasuk manusia.

I Ching / Ya Keng adalah karya klasik China yang paling kuno dan terkenal, dimuliakan selama ribuan tahun sebagai tuntunan keberhasilan dan sumber kebijakan. Hampir semua filsafat kehidupan China berakar dari kitab ini.

Konsep dasar I Ching / Ya Keng dikembangkan lebih dari 4900 tahun yang lalu oleh Raja Fu Xi dengan pengamatannya yang cermat terhadap segala perubahan alam dan bentuk-bentuk kehidupan termasuk setiap gerakan tubuh, menyimpulkan bahwa semua pergerakan atau perubahan di alam semesta dengan segala isinya berubah mengikuti hukum kehidupan.

Dari hasil pengamatan & penelitiannya, terutama setelah Fu Xi melihat ukiran peta di punggung Kuda Naga yang muncul dari Sungai Kuning, kemudian ditemukanlah konsep Delapan Trigram (Pat Kwa) yang kemudian dikenal dengan peta surgawi. Sesuai dengan sebutannya, awalnya Pat-kwa ini lebih cenderung dipakai sebagai alat untuk menghitung / memprediksikan perubahan dan fenomena yang terjadi di alam ini.

Trigram ini kemudian dibukukan oleh Pangeran Wen Wang atau Bun Ong yang menjadi pendiri Dinasti Chou menyusunnya dalam bentuk Ho Thian Pat Kwa atau peta manusiawi, lengkap dengan 64 Heragram. Kura-kura raksasa hitam yang muncul di Sungai Lo dengan angka ajaib di punggungnya kemudian dikenal sebagai Peta Lo Shu, merupakan sumber inspirasi utama yang mempengaruhi konsep peta manusiawi.

Selanjutnya Khong Fu Zi atau Khong Hu Cu menyempurnakan isi Kitab I Ching / Ya Keng dengan menambahkan Sepuluh Sayap I Cing / Ya Keng sebagai tafsir penjelasan dan mengembangkannya secara khusus sebagai sumber penghayatan hidup dan pendalaman kespiritualan.

Kaisar Qin Shi Huang Ti (Chin Se Hong Te) pendiri Dinasti Qin yang berkuasa dengan singkat, merupakan Kaisar lalim yang berkuasa dengan tangan besi. Kaisar inilah yang meninggalkan karya sejarah spektakuler, berupa dua buah keajaiban dunia, yaitu Tembok Besar China dan Terracota. Karena kelalimannya, kaisar ini pun memerintahkan untuk memusnahkan semua kitab-kitab yang tidak sesuai dengan misi kekaisaran Qin. I Ching / Ya Keng termasuk salah satu dari sedikit kitab yang berhasil diselamatkan.

Di jaman dinasti tercapai suatu pemerintahan yang semuanya teratur dengan baik. Di jaman ini I Ching / Ya Keng dikembangluaskan dan dipandang sebagai buku etika dan metafisika selain sebagai buku ramalan. Ajaran Khong Hu Cu pun naik daun bahkan dijadikan sebagai agama resmi negara dengan Lima Kitab Pegangan dimana salah satunya adalah I Ching / Ya Keng.

Di jaman kejayaan Dinasti Han, dibangun perlintasan Jalur Sutra yang merupakan sebuah jalur untuk perdagangan luar negeri, yang menghubungkan China , India, Turki, bahkan sampai ke Afganistan.

Jalur Sutra ini juga dipakai oleh para Bhikku / Bhiksu dari India masuk ke Daratan China membawa dan memperkenalkan Agama Buddha ke China, yang akhirnya agama ini membaur dengan agama pribumi di China yaitu agama Tao dan Khong Hu Cu, kemudian berkembang kembali keluar dari China sebagai agama Chinese.

Selama Dinasti Han, I Ching / Ya Keng dikembangkan secara resmi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum pendidikan waktu itu, bahkan dijadikan sebagai pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh para Siu-cai saat mengikuti ujian tingkat nasional kala itu. Kemudian, berkembang pula I Ching / Ya Keng versi Buddhis dan Taoisme. Perpaduan pengembangan ini akhirnya menghasilkan teks standar I Ching / Ya Keng. Teks standar ini akhirnya dijadikan standar para ilmuwan dunia dalam menelaah dan mempelajari I Ching / Ya Keng. Teks standar ini pulalah yang disusun di jaman Dinasti Tang pada lebih kurang Abad ke 7 Masehi, yang akhirnya memunculkan Ilmu Hong Sui.

Pada zaman Dinasti Tang, praktek Hong Sui mulai diperkenalkan di China oleh Yang Yun Sang seorang Ahli Seni China Kuno waktu itu. Yang Yun Sang yang juga penasehat utama Kaisar Hi Tsang secara umum, diakui sebagai Penemu Ilmu Hong Sui. Yang Yun Sang meninggalkan warisan klasiknya berupa 3 buah buku tentang Hong Sui. Selama beberapa generasi, bukunya dikembangkan menjadi dasar-dasar ilmu Hong Sui, dan dikenal sebagai Hong Sui yang mengacu pada penentuan letak Naga Hijau dan Macan Putih sebagai faktor penentu kedudukan Nafas Kosmis

Ketiga buku klasik yang terkenal ini, menggambarkan praktek Hong Sui dengan metode perhitungan melaui metafora keberadaan Sosok Naga yang terdiri atas, Han Lung Ching ( Seni Membangkitkan Naga ), Ching Nang Ao Chih ( Metode Menentukan Letak Goa Naga ), dan I Lung Ching ( Prinsip Mendekati Naga )

Selanjutnya, Wang Zhi seorang Ahli Perbintangan yang hidup di jaman Dinasti Sung, memperkenalkan Hong Sui Aliran Kompas yang menekankan pada pengaruh planet terhadap kualitas baik buruknya suatu tempat, lahan, lokasi, atau bangunan. Wang Zhi juga meninggalkan warisan klasik berupa 2 buah buku Hong Sui yang diterbitkan oleh muridnya, Ye Shui Liang, berjudul Prinsip Inti atau Pusat (Canon of the Core or Centre), dan Diskusi tentang Pertanyaan dan Jawaban. (Disquisitions on the Queries and Answers)

Di awal abad ke 20, kedua aliran yang tadinya berjalan sendiri-sendiri ini berhasil digabungkan menjadi satu prinsip perhitungan Hong Sui yang saling mengisi dan berkaitan. Gabungan dari Aliran Bentuk dan Aliran Kompas ini akhirnya terus dianalisa, dipelajari, dan diperbandingkan dari generasi ke generasi.

Pada umumnya, Aliran Bentuk memberi tekanan pada bentuk dan kontur tanah seperti wujud gunung-gunung, arah aliran sungai, serta pengaruh dari letak garis Macan Naganya. Untuk mengamatinya membutuhkan pandangan intuisi yang tajam. Aliran ini menggunakan rumus perhitungan Naga Hijau dan Macan Putih sebagai tolok ukurnya. Meskipun teori simbol Naga Hijau & Macan Putih relatif mudah dipahami, namun aliran ini sangat sulit dipraktikkan.

Lain halnya dengan Aliran Kompas, metodenya sulit untuk dipelajari karena mencakup Pa Kua / Pat Kwa, Yin Yang dan Lima Elemen yang terbagi dalam Sepuluh Batang Langit ( 10 Elemen Langit ) dan Dua Belas Cabang Bumi ( 12 Shio ) serta Konstelasi Perbintangan yang ditimbulkan dari posisi letak planet-planet terhadap Bumi dan Matahari. Metode perhitungannya menjadi kompleks, dan membuat perumusannya menjadi sulit untuk dipahami. Namun, jika metode aliran ini sudah dipahami mempraktikkannya justru lebih mudah dibanding Aliran Bentuk, karena metode Aliran Kompas ini memiliki standar acuan yang baku dan bersifat matematis ilmiah yang bisa dijabar-uraikan secara rinci dan logis.

Namun pada perkembangannya, banyak para praktisi Hong Sui yang tergolong masuk aliran baru yang pada praktiknya hampir tidak mengacu pada kedua aliran induk. Praktisi Hong Sui yang tergolong dalam aliran ini biasanya dikenal sebagai paranormal. Yang unik dari pengikut aliran ini adalah di samping mereka memiliki daya limuwih, praktisi Hong Sui tersebut ada juga yang sedikit mempelajari teori Aliran Bentuk & Aliran Kompas dan kemudian menyelaraskan intuisi ke paranormalannya itu dengan akidah dari kedua aliran Hong Sui ini.


Help US With Share