Ritual Di Jawa Timur Berbau Mistis

Help US With Share

Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih melakukan tradisi upacara adat untuk tujuan-tujuan tertentu. Masih sering ditemui sebagian masyarakat yang melakukan sebuah ritual atau upacara yang bertujuan untuk meminta suatu perkara yang semuanya diarahkan pada transformasi keadaan dalam manusia atau alam. Biasanya, upacara atau tradisi adat ini dilakukan pada hari-hari tertentu.

Tradisi ritual biasanya berkaitan dengan hal-hal yang berbau mistis. Misalnya di daerah Jawa Timur, masih dilakukan beberapa upacara atau ritual yang berhubungan dengan hal mistis. Berikut ritual berbau mistis yang masih dilakukan di Jawa Timur.

BANTENGAN

Kesenian ini dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari. Adanya relief yang menggambarkan macan melawan banteng dan penari yang menggunakan topeng banteng di Candi Jago Malang, seakan menjadi bukti sudah adanya kesenian ini.

Pertunjukan kesenian ini biasanya dilakukan oleh dua orang lakon yang membentuk seekor banteng. Nantinya, akan ada sebuah pertunjukan dimana para pemain kesurupan dan gerakannya menjadi tidak terkendali.

DAM BAGONG

Upacara Dam Bagong dilakukan oleh masyarakat Trenggalek dengan mempersembahkan kepala kerbau, dan melarungnya ke Dam Bagong. Upacara Adat Jawa Timur itu diawali dengan menyembelih seekor kerbau. Namun, yang dilarung hanya kepalanya saja, sedangkan bagian lainnya dibagikan kepada warga. Kepala kerbau tersebut diarak terlebih dahulu keliling kampung. Masyarakat berharap mendapat ketenteraman dengan menggelar upacara itu.

KEBO-KEBOAN

Masih merupakan tradisi yang dimiliki suku Osing, Banyuwangi. Kebo-keboan yang berarti kerbau dalam Bahasa Jawa ini juga identik dengan binatang kerbau.

Para peserta tradisi akan berdandan seperti kerbau dengan dilumuri cairan hitam dari oli, serta dilengkapi dengan tanduk buatan. Menurut cerita yang beredar, nantinya para peserta yang memerankan kerbau akan kesurupan roh leluhur.

Tujuan dari tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, serta agar diberikan keselamatan, dan dijauhkan dari malapetaka.

TRADISI SEBLANG

Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Banyuwangi, khususnya Suku Osing ini merupakan rangkaian tarian yang dibawakan oleh seorang penari yang biasanya sudah tua, untuk selanjutnya penari tersebut akan mengalami kesurupan dengan menarikan gerakan-gerakan magis.

Sebelum berlangsungnya kesurupan, akan ada pawang yang membacakan mantra terlebih dahulu. Tujuan dari tradisi ini untuk menolak bala atau agar desa tersebut diberikan keselamatan serta ketenteraman.

Tradisi ini dilakukan setidaknya setahun sekali, dan uniknya sang penari akan menari selama tujuh hari berturut-turut dalam kondisi kerasukan.

UPACARA RUWATAN

Upacara Ruwatan diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk ritual penyucian bagi orang nandang sukerta, atau berada dalam dosa. Dalam kebudayaan Jawa, tradisi ini dibagi menjadi 3 macam, yaitu; ruwatan untuk diri sendiri, ruwatan untuk lingkungan sekitar, dan ruwatan untuk wilayah.

Biasanya, ruwatan perorangan akan dilakukan dengan memotong rambut orang yang berdosa tersebut pada siang hari. Sedangkan untuk ruwatan dengan skala yang lebih besar, biasanya terdapat sesajen seperti; tuwuhan, kain mori, gawangan kelir, aneka jenang, jajanan pasar, dan lainnya.

Bukan hanya untuk penyucian, ritual ini juga dianggap bisa dilakukan oleh seseorang yang mengalami berbagai kesialan dalam hidupnya.

UPACARA SANDHUR

Tradisi yang asalnya dari Madura ini biasanya dilakukan oleh para petani dan nelayan. Upacara ini dilakukan untuk mereka yang ingin berkomunikasi dengan makhluk gaib. Untuk tujuannya sendiri, upacara sandhur memiliki berbagai tujuan seperti; mengusir musibah, menghormati makam keramat, hingga meminta hujan.

Upacara Sandhur memiliki kegiatan utamanya berupa sebuah tarian yang diiringi oleh alunan musik, yang nantinya di tengah pertunjukan biasanya ada dua peserta yang kesurupan sebagai mediator untuk berdialog dengan makhluk gaib.


Help US With Share