Mitos Dan Larangan Di Pulau Bali
Setiap daerah di Indonesia memiliki mitos dan larangan tertentu, termasuk Pulau Bali. Masyarakat setempat mempercayai mitos-mitos, wal sudah berada di era yang modern seperti sekarang.
Mitos dan larangan di Bali ini penting untuk diketahui, apalagi jika kita berencana untuk pergi liburan ke Pulau Dewata. Setidaknya, kita tahu larangan atau kebiasaan apa yang masyarakat setempat lakukan dalam hal-hal tertentu. Berikut ini sejumlah mitos dan larangan di Bali yang masih dipercayai masyarakat.
DILARANG BERSEMBAHYANG TEPAT DI BAWAH CUCURAN ATAP
Masyarakat Bali percaya, jika sembahyang tepat di bawah cucuran atap nantinya dapat mengganggu jalan dunia alam lain. Sebab, masyarakat Bali selalu percaya hal-hal yang tidak kasat mata.
DILARANG BERTANYA KEPADA ORANG YANG PERGI KE TEMPAT TAJEN
Mitos dan larangan masyarakat Bali berikutnya, yaitu dilarang bertanya kepada orang yang akan pergi ke tempat tajen (sabung ayam). Konon, jika tetap bertanya, orang-orang tua di Bali percaya bahwa nantinya orang tersebut dapat mengalami kekalahan, alias ayamnya akan kalah saat tajen.
DILARANG KELUYURAN DI JAM 12 SIANG DAN 6 SORE
Mitos dan larangan masyarakat Bali berikutnya tidak boleh bepergian atau keluyuran tepat di jam 12 siang dan 6 sore. Konon, di jam-jam tersebut makhluk halus dari dunia lain sedang berkeliaran dan juga menjadi jamnya ‘wong samar’.
DILARANG MENDUDUKI BANTAL
Mitos dan larangan di Bali berikutnya dilarang menduduki bantal. Jika secara logika, bantal merupakan tempat untuk kepala saat tidur, maka tidak etis jika diduduki. Orang tua jaman dulu juga selalu memperingatkan anak-anaknya untuk tidak menduduki bantal, sebab diyakini dapat membuat bisulan.
DILARANG MENYENTUH AYAM YANG KEJANG ATAU MAU MATI
Masyarakat Bali tidak menyentuh ayam yang mengalami kejang atau mau mati. Hal ini dipercaya dapat menimbulkan penyakit buyutan, atau penyakit yang bisa membuat gemetar ketika melakukan sesuatu.
JUMAT KLIWON DILARANG KERAMAS
Masyarakat setempat percaya, jika keramas saat Kajeng Kliwon atau Jumat Kliwon dapat membuat rambut rontok. Tidak hanya itu, masyarakat Bali juga percaya bahwa keramas saat hari tersebut dapat mempermudah seseorang untuk dimasuki maupun disakiti ilmu hitam, yang dikenal dengan ilmu Leak.
LARANGAN SAAT MENDAKI GUNUNG AGUNG
Siapa pun yang mendaki Gunung Agung dilarang, untuk membawa atau menggunakan emas. Entah itu dalam bentuk aksesoris maupun peralatan lainnya. Sebab, mitos menyebutkan emas nantinya bisa memicu nasib malang kepada pendakinya.
Selain tidak boleh membawa atau mengenakan emas, pendaki juga dilarang membawa daging sapi. Hal ini dipercaya dapat membawa nasib sial untuk pendaki itu sendiri. Selain itu, masyarakat Bali utamanya Hindu juga tidak mengonsumsi sapi, yang dipercaya merupakan kendaraan Dewa Siwa. Ada juga mitos lain menyebutkan, bahwa di Gunung Agung ada sapi hitam besar dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu.
Selain daging sapi, orang yang memiliki kabar duka seperti salah seorang keluarga meninggal juga tidak boleh mendaki gunung. Sebab, adanya keluarga yang meninggal dapat membuat kawasan gunung jadi kotor dan berujung akan ada musibah fatal.
LARANGAN SAAT KE PUNCAK PURA LEMPUYANG LUHUR
Mitos dan larangan di Bali satu ini berlaku utamanya saat menuju puncak Pura Lempuyang Luhur. Pura ini memiliki sekitar 1.700 anak tangga yang harus dinaiki untuk dapat mencapai puncaknya.
Saat sedang menapaki anak tangga inilah, orang tidak boleh mengatakan kenyel, capek, atau lelah. Konon, nantinya justru perjalanan akan semakin berat dan lama untuk sampai di puncak Pura.
SEMANGKA DILARANG DIMAKAN BERSAMAAN DENGAN GULA MERAH
Makan semangka bersamaan dengan gula merah, konon dapat mengganggu pencernaan. Larangan satu ini berkaitan dengan kesehatan. Masyarakat percaya bahwa jika ada seseorang makan semangka bersamaan dengan gula merah, nantinya akan memicu racun dalam tubuh yang kemudian bisa menyebabkan kematian.