Mengenal Teke Teke
Teke Teke adalah legenda urban Jepang yang terkenal. Kisah mengerikan ini telah membuat orang-orang di Jepang ketakutan selama beberapa dekade, dengan laporan penampakannya yang masih beredar hingga hari ini. Dari asal-usulnya yang tragis hingga metode serangannya yang mengerikan, ada banyak hal yang dapat dipelajari tentang roh pendendam ini.
Ada banyak cerita asal usul Teke Teke, tetapi salah satunya bermula tidak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II. Menurut salah satu cerita, seorang pekerja kantoran di Muroran, Hokkaido, diduga diserang oleh personel militer Amerika. Karena kesedihan dan rasa sakit, ia melompat dari jembatan ke rel kereta api dan tertabrak kereta api yang merobek tubuhnya menjadi dua.
Namun, alih-alih sembuh dengan cepat dari luka-lukanya, ia mampu merangkak dengan tubuh bagian atasnya menuju stasiun kereta terdekat. Bukannya menerima pertolongan, ia justru ditutupi terpal plastik dan dilupakan. Kemudian dia menderita kematian yang menyakitkan, karena cuaca dingin yang ekstrem di Hokkaido.
Menurut legenda, mereka yang mendengar kisah wanita yang tertabrak kereta api tersebut konon akan bertemu dengan hantunya setelah tiga hari. Hantu tersebut, yang tidak memiliki tubuh bagian bawah, akan terus mengejar orang tersebut dan diyakini merangkak dengan kecepatan luar biasa hingga 150 km/jam, sehingga hampir mustahil untuk melarikan diri.
Beberapa orang berpendapat bahwa hantu tersebut sedang mencari kakinya yang hilang, sementara yang lain berpendapat bahwa kemarahannya terhadap ketidakpedulian manusia terhadapnya di saat-saat terakhirnya telah mengubahnya menjadi pembunuh yang tidak kenal ampun. Jika dia berhasil menangkap mangsanya, hantu tersebut dikabarkan akan mencabik-cabiknya menjadi dua dan mengambil tubuh bagian bawah mereka sebagai miliknya.
Onryō, sejenis roh pendendam, konon mewujud sebagai hantu wanita. Roh-roh ini biasanya adalah wanita yang telah disakiti dan kemarahan serta kebencian yang mendalam mengikat mereka ke dunia ini bahkan setelah kematian. Tujuan utama mereka adalah membalas dendam terhadap mereka yang menyebabkan kematian dini mereka, baik dengan tangan mereka sendiri maupun oleh tangan orang lain. Teke Teke adalah contoh sempurna dari Onryō karena dia pendendam terhadap orang yang menyerangnya dan juga banyak orang yang berjalan melewatinya dan mengabaikannya saat dia sekarat di stasiun kereta.
Kisah asal usul kedua yang mungkin terjadi untuk Teke Teke berkisar pada seorang siswi sekolah yang terus-menerus diganggu oleh teman-teman sekelasnya karena takut pada bayangannya sendiri. Tragisnya, kekejaman teman-temannya mengakibatkan kematiannya yang tidak terduga ketika sebuah lelucon yang melibatkan serangga jangkrik menjadi sangat buruk. Saat dia jatuh ke rel kereta, Shinkansen melaju kencang dan memotong tubuhnya menjadi dua. Sejak saat itu, roh pendendamnya dikatakan menghantui stasiun-stasiun kereta di seluruh Jepang, berusaha membalas dendam terhadap orang-orang yang telah berbuat salah padanya semasa hidupnya.
Nama Teke Teke, bukan sekadar label yang tidak berarti. Faktanya, nama itu merupakan representasi dari suara mengerikan yang konon dikeluarkannya saat ia menyeret dirinya di tanah. Konon, suara itu dihasilkan oleh gesekan cakarnya yang keras terhadap trotoar saat ia berjalan menuju korbannya yang tidak menaruh curiga
Saat ia menyeret tubuhnya dengan kedua lengannya, ia mendapati kuku-kuku jarinya cepat aus dan terasa sakit saat digunakan pada permukaan kasar yang ditemuinya. Dalam kemarahan dan keputusasaannya, ia berdoa memohon cara agar gerakannya menjadi lebih mudah dan efisien. Doa-doanya terjawab dalam bentuk cakar yang panjang dan tajam yang menggantikan kuku-kuku jarinya.
Cakar-cakar ini memungkinkannya untuk menggali tanah dan menarik dirinya sendiri dengan lebih sedikit rasa sakit dan lebih cepat. Namun, cakar-cakar ini juga menjadi senjata mematikan yang digunakannya untuk menyerang dan membunuh siapa pun yang menghalangi jalannya, yang memicu rasa hausnya yang tak ada habisnya untuk membalas dendam.
Menurut legenda, mereka yang bertemu Teke Teke dan tidak dapat melarikan diri atau melarikan diri dari takdirnya akan menjadi Teke Teke. Roh tersebut dikatakan memiliki kekuatan untuk mengutuk korbannya dan mengubah mereka menjadi monster Teke Teke seperti dirinya. Roh Teke Teke yang baru diciptakan ini dikatakan lebih agresif dan tidak kenal ampun daripada yang asli, berkeliaran di jalan-jalan untuk mencari korban baru.
Di Jepang, jimat Omamori dikenal dapat memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi mereka yang membawanya. Jimat kecil ini hadir dalam berbagai desain dan sering dijual di kuil-kuil di seluruh negeri. Dipercaya bahwa membawa jimat Omamori dapat membawa keberuntungan dan kebahagiaan serta menangkal roh jahat. Secara khusus, jimat ini dipercaya dapat memberikan perlindungan dari Teke Teke.
Popularitas jimat Omamori di Jepang saat ini merupakan bukti dari akar budaya yang dalam dan kepercayaan yang bertahan lama dari orang-orang Jepang. Pengunjung Jepang sering dapat menemukannya di kuil dan wihara, di mana mereka dapat memilih dari berbagai macam desain dan ukuran. Beberapa jimat bahkan dirancang khusus untuk mengusir roh jahat dan melindungi pelancong dalam perjalanan mereka. Meskipun kemanjurannya masih diperdebatkan, jimat Omamori telah menjadi bagian integral dari tradisi dan budaya Jepang yang memberikan rasa nyaman dan perlindungan bagi mereka yang membawanya.
Teke Teke juga digambarkan memiliki rambut panjang dan tidak terawat yang menutupi wajahnya, sehingga sulit untuk mengenalinya. Matanya dikatakan dipenuhi dengan kebencian dan kedengkian, yang menimbulkan rasa takut dan teror pada orang-orang yang melihatnya. Lengannya panjang dan tipis, berakhir dengan cakar setajam silet yang digunakannya untuk menyeret dirinya di tanah dan menyerang korbannya.
Jepang, versi lain dari legenda Teke Teke menyatakan bahwa kisah tersebut secara khusus dibuat untuk menjadi pencegah terhadap perilaku tersebut. Konsekuensi mengerikan dari legenda tersebut dikatakan sebagai kisah peringatan bagi mereka yang memilih untuk terlibat dalam tindakan keji tersebut. Dengan menanamkan rasa takut di hati mereka yang akan menindas, melecehkan, atau menyerang orang lain, legenda Teke Teke merupakan alat yang efektif dalam mengurangi insiden perilaku tersebut dalam masyarakat Jepang.
Dampak legenda Teke Teke masih terasa hingga kini di Jepang, di mana terdapat undang-undang dan kebijakan ketat yang bertujuan untuk mencegah perundungan, pelecehan, dan penyerangan. Selain itu, sekolah dan lembaga lain telah menerapkan langkah-langkah seperti program konseling dan pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua orang.
Legenda Teke Teke telah terjalin erat dengan legenda urban Jepang populer lainnya, Kashima Reiko. Mirip dengan salah satu versi cerita Teke Teke, Kashima Reiko juga menjadi korban penyerangan yang mengakibatkan kehilangan kedua kakinya. Namun, bukannya membalas dendam, Kashima Reiko memutuskan untuk menghantui orang-orang saat mereka menggunakan kamar mandi. Ia memiliki preferensi aneh terhadap bilik kamar mandi umum dan dikenal akan muncul di belakang korban yang tidak menaruh curiga dan menanyakan di mana kedua kakinya. Untuk bertahan hidup saat kunjungannya, Anda harus menjawab pertanyaannya dengan benar, termasuk pertanyaan jebakan tentang arti namanya. Jika Anda gagal memberikan jawaban yang benar, ia diduga akan mencabik kedua kaki Anda.